Hell Yeah Pointer 3

Epidemiologi Scabies




Skabies merupakan penyakit kulit yang endemis diwilayah beriklim tropis dan subtropis, merupakan penyakit kulit menular.Skabies dalam bahasa Indonesia sering disebut kudis, orang jawa menyebutnya gudig, sedangkan orang sunda menyebutnya budug. Penyakit ini juga sering disebut dengan kutu badan, budukan, gatas agogo,yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei varian hominis (sejenis kutu, tungau), ditandai dengan keluhan gatal, terutama pada malam hari dan ditularkan melalui kontak langsung atau tidak langsung melalui alas tempat tidur dan pakaian. Infestasi tungau ini mudah menyebar dari orang ke orang melalui kontak fisik dan sering menyerang seluruh penghuni dalam satu rumah. Tungau betina membuat terowongan di bawah lapisan kulit paling atas dan menyimpan telurnya dalam lubang. Beberapa hari kemudian akan menetas tungau muda (larva). Infeksi menyebabkan gatal-gatal hebat, mungkinan merupakan suatu reaksi alergi terhadap tungau.
Kejadian skabies di negara berkembang termasuk Indonesia terkait dengan kemiskinan dengan tingkat kebersihan yang rendah, keterbatasan akses air bersih, kepadatan hunian dan kontak fisik antar individu memudahkan transmisi dan infentasi tungau skabies.8Skabies sering
diabaikan, dianggap biasa saja dan lumrah terjadi pada masyarakat di Indonesia, karena tidak menimbulkan kematian sehingga penaganannya tidak menjadi prioritas utama, padahal jika tidak ditangani dengan baik skabies dapat menimbulkan komplokasi yang berbahaya. Skabies menimbulkan ketidaknyamanan karena menimbulkan lesi yang sangat gatal sehingga penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang sangat mengganggu aktivitas hidup dan kerja sehari-hari.

Di beberapa negara termasuk Indonesia penyakit skabies yang hampir teratasicenderung mulai bangkit dan merebak kembali. Laporan dari dinas kesehatan dan dokter praktek mengidikasikan bahwa penyakit skabies telah meningkat di beberapa daerah. Khusus nya pada provinsi Kalimantan Barat Kabupaten, Kota Pontianak pada akhir tahun 2017 terjadi penularan penyakit skabies di beberapa lokasi ,salah satunya pada Rt 03 dan Rt 04 gang aden, jalan tanjung pura, kelurahan Benua Melayu Laut terserang penyakit scabies secara massal pada waktu yang relatif singkat, sebanyak 58 orang pada kelurahan benua melayu laut sedang mengalami penyakit scabies. Dari penjelasan di atas penulis ingin membaha epidemiologi dari penyakit skabies.
B.   Tujuan Penulisan
1.    Tujuan Umum
Mendeskripsikan Epidemiologi penyakit Skabies yang terjadi pada Kota Pontianak
2.    Tujuan Khusus

a.    Menjelaskan penyebab terjadinya penyakit Skabies
b.    Menjelaskan pemecahan masalah penyakit Skabies
c.    Menjelaskan prioritas masalah
d.    Menjalaskan penanggulangan penyakit Skabies
e.    Menjelaskan pencegahan penyakit SKabies
               


BAB II
PEMECAHAN MASALAH SKABIES
1.    Penyebab Skabies
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi tungau
Sarcoptes scabiei varian hominis. Di Indonesia skabies sering disebut kudis, gudik, atau budug. Tungau Skabies dapat ditemukan di seluruh dunia dan dapat mengenai semua ras dan sosial ekonomi di berbagai iklim. Penyakit ini dapat diobati, namun seringkali terlambat didiagnosa sehingga pengobatan terlambat dan mudah menyebar secara berkelompok.

Skabies terjadi di seluruh dunia dan sudah dianggap masalah kesehatan yang signifikan, terutama di negara berkembang dengan kejadian 300 juta kasus setiap tahun. Insiden skabies di negara berkembang saat ini menuju siklus yang cenderung naik turun. Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di seluruh Indonesia adalah 5.6% - 12.95%. Faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini  adalah orang yang tinggal di daerah sosial ekonomi rendah, hygiene yang buruk dan penuh sesak. Faktor risiko lain termasuk kemiskinan, status gizi buruk, tunawisma, demensia dan kebersihan yang buruk. Wabah sering terjadi di institusi seperti rumah sakit, asrama, ruang kelas, penjara.
  
Transmisi skabies terjadi ketika tungau betina penetrasi kekulit dan masuk kedalam epidermis. Tungau betina yang dibuahi menggali ke dalam stratum korneum. Dalam stratum korneum tungau betina bertelur 0-4 butir per hari sampai dua bulan. Hasil ekskresi dari tungau tersebut yang menimbulkan rasa gatal dan meningkat pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. Namun hanya kurang dari 10% dari telur ini yang akan berkembang menjadi tungau dewasa. Seluruh siklus hidup perkembangan dari telur hingga dewasa sekitar dua minggu. Setelah tungau mencapai tahap dewasa, tungau meninggalkan liang dan muncul kepermukaan kulit dan siklus hidup kembali berulang.
Skabies paling sering ditularkan melalui kontak langsung dari kulit
penderita yang berlangsung lama atau berkepanjangan. Tungau tidak dapat terbang atau lompat melainkan merayap dengan perkiraan 2,5cm permenit pada kulit hangat. Dengan demikian dibutuhkan 15-20 menit dari kontak langsung untuk transmisi skabies dari penderita ke orang lain. Biasanya tejadi antara teman dekatnya atau anggota keluarga. Skabies juga dapat ditularkan melalui kontak dengan pakaian penderita atau tempat tidur yang biasanya di gunakan bersama. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perorangan dan lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama- sama di satu
tempat yang relatif sempit.
 Penularan skabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolahsekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan pemondokan, serta fasilitasfasilitas kesehatan yang dipakai oleh masyarakat luas, dan fasilitas umum lain yang dipakai secara bersama-sama di lingkungan padat penduduk. Tungau mampu bertahan 2-3 hari pada suhu kamar, semakin tinggi kelembaban semakin tinggi tingkat kelangsungan hidup tungau tersebut. Pada kelurahan Benua Melayu laut yang sedang terserang penyakit scbabies kemungkinan besar di sebabkan oleh padat nya perumahan dan masyarakat di Rt pada perumahan tersebut, karena penularan penyakit scabies terjadi karena kontak fisik dengan penderita pertama, berjabat tangan, pakaian, tempat tidur, handuk, dan lain lain.
2.    Pemecahan Masalah Skabies


Skabies yang terjadi merupakan suatu reaksi tubuh terhadap kutu yang menghinggap di tubuh  dan mengakibatkan gatal gatal yang tidak tertahankan, skabies terjadi karena penderita terjangkit dari penderita yang lain ataupun terkena dari skabies hewan, Skabies terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor sosio demografi termasuk kemiskinan , malnutrisi, personal hygiene yang bururk , serta rendahnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, dan kepadatan penduduk. Faktor kedua adalah faktor lingkungan meliputi kelembapan yang tinggi dan sanitasi yang rendah terutama didaerah yang kumuh . Masalah Skabies dapat dicegah dan dapat dipecahkan jika dilakukannya perubahan pada kedua faktor tersebut, memperbaiki sanitasi, meningkatkan peilaku hidup bersih dan sehat, memperbaiki personal hygiene agar tidak terkena ataupun terjangkit penyakit Skabies

Artikel Lainnya: